Senin, 01 September 2014

Iblis Mencobai, namun Allah Melindungi Umat yang Setia

Renungan untuk BAKI PGI 2015
Minggu, 22 Februari 2015 (Minggu I Pra Paskah)
                                                          Markus 1 : 9 – 15
                                Iblis mencobai, namun Allah melindungi umat yang setia.
Tuhan Allah menciptakan segala sesuatu  baik adanya. Berarti segala yang tidak baik atau yang buruk bukanlah ciptaan-Nya. Iblis adalah representasi dari yang buruk bahkan yang jahat itu. Keberadaannya itu akan berarti bila sasarannya yaitu manusia mengatakan ‘ya’ kepada kehendaknya atau lebih tepat rayuannya, cobaannya. Sasarannya bukan hanya manusia biasa,  tetapi juga   manusia yang luar biasa yaitu Yesus.
Dalam bagian Alkitab yang paralel yaitu Matius 4:1-11 dan Lukas 4:1-13, kita membaca isi cobaannya. Saat lapar, Ia, Yesus dicobai dengan makanan. Iblis tahu Yesus itu Mahakuasa, yang dapat memerintah batu jadi roti. Yesus tidak mengikutinya. Kuasa Yesus bukan untuk didemonstrasikan atau dipertontonkan atau dilombakan. Kuasa Yesus bukan untuk kesombongan diri sendiri, melainkan untuk pelayanan kasih. Yesus membelajarkan iblis bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Inilah cobaan pertama. Karena iblis tidak berhasil. Ia lanjut dengan cobaan kedua. Di atas bubungan Biat Allah, Yesus digodanya untuk menjatuhkan diri ke bawah nanti ada malaikat-malaikat membawa-Nya di atas telapak tangan supaya kaki-Nya tidak terantuk pada batu. Yesus menolak cobaan ini “jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu”. Cobaan ketiga, Yesus dibawanya di atas gunung yang sangat tinggi, dipertontonkannya segala kemegahan dunia. Kata iblis ‘semua ini akan kuberikan kepada-Mu bila Engkau menyembahku’. Nah, sekarang ketahuan maksud iblis yang sebenarnya, yaitu agar Yesus menyembahnya. Kali ini, Yesus tidak mengkhotbai iblis, melainkan mengusirnya “Enyahlah iblis, sebab engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu dan hanya kepada Dialah engkau berbakti.”
Cobaan iblis kepada Yesus sangat berkaitan erat dengan hal-hal yang dicari-cari dalam hidup kita manusia,  yaitu makanan sebagai kebutuhan pokok, takhta (profesi/jabatan/kuasa memimpin), harta (menjadi kaya). Kalau Tuhan Yesus saja dicobai iblis, apalagi kita manusia ini. Bahwa iblis tidak berhasil mencobai Yesus, karena Dia itulah yang harus disembah dan dimuliakan. Yesus yang baru saja dibaptis oleh Yohanes, dan Roh turun ke atas-Nya, memimpin-Nya ke padang gurun. Di situ Ia dicobai oleh iblis.  Bagi saya hal ini menunjukkan bahwa ketaatan, kesetiaan seseorang akan nampak bila ia mampu mengatasi berbagai cobaan, rayuan di tengah kesulitan, di ‘padang gurun’ kehidupan ini, dan mengatakan ‘tidak’ terhadapnya.  
Terlalu banyak contoh tentang ketidakmampuan kita menolak rayuan, godaan iblis. Iblis dapat saja mewujud dalam kehendak pribadi yang tidak benar, tidak baik, yang jahat, dengan menjahati orang lain. Iblis dapat saja mewujud dalam hal-hal yang kelihatan menyenangkan, menguntungkan secara instant dan sesaat, seperti antara lain memperoleh gelar akademis tanpa sekolah. Iblis dapat mewujud dalam memperoleh jabatan dan kuasa baik dalam masyarakat maupun dalam gereja. Dan banyak lagi praktik-praktik jahat lainnya.
Nah, di minggu pertama Pra Paskah ini, di Minggu Sengsara ini,  kita beroleh kesempatan khusus untuk menghayati kesengsaraan dan penderitaan Yesus. Dia, Yesus memberi contoh kepada kita. Dia berpuasa untuk dapat melawan dan menolak segala godaan termasuk godaan makan di saat paling lapar, godaan pamer kuasa dan harta duniawi dengan cara takluk pada kejahatan.
Hidup kita di masa kini dan masa yang akan datang akan semakin rumit seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Persaingan hidup antar manusia akan makin terbuka lebar. Pengaruh positif dan negatif sering bertindih tepat, sehingga diperlukan kepekaan, ketelitian, kesungguhan memilah dan memilihnya menjadi jalan hidup kita. Pendek kata persaingan sehat harus menjadi jiwa dari moral dan etika bermasyarakat majemuk.
Bila memang jalan untuk dapat memilah dan memilih yang benar, yang  baik, yang adil, yang jujur adalah penderitaan, maka Yesus telah memberi contoh hidup setia kepada-Nya. Hanya orang yang hidup dalam kuasa Roh, orang yang kuat dan setia pada komitmen imannya, yang dimampukan Tuhan untuk melawan segala godaan dalam hidup ini, termasuk godaan kesenangan semu di tengah kesulitan hidup. Hidup setia baik dalam suka maupun duka adalah panggilan iman dalam memaknai kehidupan pemberian-Nya ini. Amin. (KAK)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar