Renungan untuk BAKI
PGI 2015
Minggu, 22 Februari
2015 (Minggu I Pra Paskah)
Markus 1 : 9 – 15
Iblis mencobai,
namun Allah melindungi umat yang setia.
Tuhan Allah menciptakan segala
sesuatu baik adanya. Berarti segala yang
tidak baik atau yang buruk bukanlah ciptaan-Nya. Iblis adalah representasi dari
yang buruk bahkan yang jahat itu. Keberadaannya itu akan berarti bila
sasarannya yaitu manusia mengatakan ‘ya’ kepada kehendaknya atau lebih tepat
rayuannya, cobaannya. Sasarannya bukan hanya manusia biasa, tetapi juga
manusia yang luar biasa yaitu Yesus.
Dalam bagian Alkitab yang paralel
yaitu Matius 4:1-11 dan Lukas 4:1-13, kita membaca isi cobaannya. Saat lapar,
Ia, Yesus dicobai dengan makanan. Iblis tahu Yesus itu Mahakuasa, yang dapat
memerintah batu jadi roti. Yesus tidak mengikutinya. Kuasa Yesus bukan untuk
didemonstrasikan atau dipertontonkan atau dilombakan. Kuasa Yesus bukan untuk
kesombongan diri sendiri, melainkan untuk pelayanan kasih. Yesus membelajarkan
iblis bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, melainkan dari setiap firman
yang keluar dari mulut Allah. Inilah cobaan pertama. Karena iblis tidak
berhasil. Ia lanjut dengan cobaan kedua. Di atas bubungan Biat Allah, Yesus
digodanya untuk menjatuhkan diri ke bawah nanti ada malaikat-malaikat membawa-Nya
di atas telapak tangan supaya kaki-Nya tidak terantuk pada batu. Yesus menolak
cobaan ini “jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu”. Cobaan ketiga, Yesus dibawanya
di atas gunung yang sangat tinggi, dipertontonkannya segala kemegahan dunia.
Kata iblis ‘semua ini akan kuberikan kepada-Mu bila Engkau menyembahku’. Nah,
sekarang ketahuan maksud iblis yang sebenarnya, yaitu agar Yesus menyembahnya.
Kali ini, Yesus tidak mengkhotbai iblis, melainkan mengusirnya “Enyahlah iblis,
sebab engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu dan hanya kepada Dialah engkau
berbakti.”
Cobaan iblis kepada Yesus sangat
berkaitan erat dengan hal-hal yang dicari-cari dalam hidup kita manusia, yaitu makanan sebagai kebutuhan pokok, takhta
(profesi/jabatan/kuasa memimpin), harta (menjadi kaya). Kalau Tuhan Yesus saja
dicobai iblis, apalagi kita manusia ini. Bahwa iblis tidak berhasil mencobai
Yesus, karena Dia itulah yang harus disembah dan dimuliakan. Yesus yang baru
saja dibaptis oleh Yohanes, dan Roh turun ke atas-Nya, memimpin-Nya ke padang
gurun. Di situ Ia dicobai oleh iblis. Bagi saya hal ini menunjukkan bahwa ketaatan,
kesetiaan seseorang akan nampak bila ia mampu mengatasi berbagai cobaan, rayuan
di tengah kesulitan, di ‘padang gurun’ kehidupan ini, dan mengatakan ‘tidak’
terhadapnya.
Terlalu banyak contoh tentang
ketidakmampuan kita menolak rayuan, godaan iblis. Iblis dapat saja mewujud
dalam kehendak pribadi yang tidak benar, tidak baik, yang jahat, dengan
menjahati orang lain. Iblis dapat saja mewujud dalam hal-hal yang kelihatan
menyenangkan, menguntungkan secara instant dan sesaat, seperti antara lain
memperoleh gelar akademis tanpa sekolah. Iblis dapat mewujud dalam memperoleh
jabatan dan kuasa baik dalam masyarakat maupun dalam gereja. Dan banyak lagi
praktik-praktik jahat lainnya.
Nah, di minggu pertama Pra Paskah
ini, di Minggu Sengsara ini, kita
beroleh kesempatan khusus untuk menghayati kesengsaraan dan penderitaan Yesus.
Dia, Yesus memberi contoh kepada kita. Dia berpuasa untuk dapat melawan dan
menolak segala godaan termasuk godaan makan di saat paling lapar, godaan pamer
kuasa dan harta duniawi dengan cara takluk pada kejahatan.
Hidup kita di masa kini dan masa
yang akan datang akan semakin rumit seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Persaingan hidup antar manusia akan makin
terbuka lebar. Pengaruh positif dan negatif sering bertindih tepat, sehingga
diperlukan kepekaan, ketelitian, kesungguhan memilah dan memilihnya menjadi
jalan hidup kita. Pendek kata persaingan sehat harus menjadi jiwa dari moral
dan etika bermasyarakat majemuk.
Bila memang jalan untuk dapat
memilah dan memilih yang benar, yang
baik, yang adil, yang jujur adalah penderitaan, maka Yesus telah memberi
contoh hidup setia kepada-Nya. Hanya orang yang hidup dalam kuasa Roh, orang
yang kuat dan setia pada komitmen imannya, yang dimampukan Tuhan untuk melawan
segala godaan dalam hidup ini, termasuk godaan kesenangan semu di tengah
kesulitan hidup. Hidup setia baik dalam suka maupun duka adalah panggilan iman
dalam memaknai kehidupan pemberian-Nya ini. Amin. (KAK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar